Rabu, 12 November 2008

PROSES PENDIDIKAN WIRAUSAHAWAN

Proses pendidikan tidak lepas dengan peroses pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi belajar siswa (Gagne dan Briggs, 1974). Dari batasan ini tampak bahwa proses dalam belajar dan pembelajaran sasaran utamanya adalah pada proses belajar sasaran didik atau siswaDemikian juga dalam Quantum Learning, maupun Revolusi Cara Belajar, dalam pendidikan harus mengutamakan belajar siswa secara aktif. Degeng (2001) juga mengatakan bahwa sasaran pendidikan adalah belajar siswa, bukan semata-mata pada hasil belajar siswa.

Dari berbagai pendapat di atas terlihat bahwa seharusnya dalam proses belajar dan pembelajaran yang memiliki peran aktif adalah siswa, bukan guru. Guru sebagai fasilitator berperan untuk menciptakan suasana dan lingkungan sekitar yang dapat menunjang belajar siswa sesuai dengan minat, bakat, dan kebutuhannya. Dengan kata lain, dalam berbagai referensi yang sekarang sedang ramai dibicarakan, adalah proses pembejaran individual, atau individual learning. Mengapa demikian? Siswa memiliki minat, bakat, dan kebutuhan yang berbeda. Sudah sehrusnya faktor ini diperhatikan dalam proses pendidikan. Oleh karena itu, model pembelajaran klasikal sudah tidak cocok lagi. Pembelajaran harus terfokus pada belajar individual cocok (Porter dan Hernacki, 2002; Dreden dan Vos, 2001). Demikian pula dalam pendidikan binis belajar individual perlu dilaksanakan. Dalam pendidikan wirausahawan ada beberapa langkah penting yang perlu untuk dilakukan :

Mengetahui Minat, Motivasi, dan Tujuan Belajar Siswa

Seperti di atas telah disinggung, bahwa dalam proses pendidikan kita harus memiliki pengertian bahwa kita melayani keinginan dan kebutuhan siswa. Oleh karena itu, dalam proses belajar-pembelajaran harus memiliki karakteristik untuk melayani keinginan dan kebutuhan siswa, bukan transformasi pengetahuan menurut selera sekolah maupun pendidik. Jika materi yang dipelajari siswa relevan dengan minat, motivasi, dan tujuan belajar mereka, maka akan dapat menumbuhkan gairah belajar, kreativitas berfikir, dan karya siswa. Meskipun hasil belajar bukan merupakan sasaran utama pendidikan seperti yang dikatakan Degeng, sudah seharusnya bahwa keberhasilan belajar diketahui. Oleh karena itu, sasaran dari langkah pertama adalah hasil belajar siswa, yakni dapat menjadi pribadi yang mereka inginkan.


Mengetahui Kesiapan Siswa Baik Mental dan Pengetahuan
Kesiapan di sini perlu diketahui untuk dasar penentuan strategi maupun material yang bobot dan relevansinya sesuai dengan kesiapan yang ada pada diri siswa. Dengan demikian, kita dapat memberikan dorongan dan rangsangan belajar sesuai dengan potensi yang ada di dalam diri siswa. Menurut konsepsi ini, seharusnya penyelesaian pendidikan oleh setiap individu siswa tidak selalu dapat bersamaan, tergantung pada kemampuan dan kesungguhan belajar mereka.


Mengetahui Bakat Siswa

Bakat perlu diketahui. Anak berbakat menurut Utami Munandar adalah mereka yang diidentifikasi sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan yang unggul (Munandar, 1999). Bakat seseorang amat bervariasi, oleh karena itu perlu dicari agar dapat dikembangkan dan bermanfaat dalam kehidupan. Dengan mengawinkan bakat dan pengetahuan yang akan dipelajari siswa, akan lebih mendorong siswa untuk belajar lebih giat sehingga optimasi hasil belajar siswa dapat dicapai. Selanjutnya, pengetahuan tentang minat, motivasi atau tujuan belajar, bakat, dan kesiapan siswa sangat membantu pendidik untuk merancang materi dan strategi belajar dan pembejaran. Gambar 3 di bawah, terlihat bagaimana guru dalam merancang materi dan strategi belajar dan pembelajaran perlu memperhatikan minat, tujuan belajar, motivasi, bakat, dan kesiapan siswa.

Sebagai catatan tambahan, jika minat, motivasi, tujuan belajar, dan kemampuan siswa diketahui secara individual, dimungkinkan diciptakan kelas yang homogin. Pendiptaan kelas homogin ini penting untuk memudahkan penciptaan suasana, prasarana, dan perlakuan dalam proses belajar-pembalajaran. Akan tetapi, jika kelas heterogin akan menimbulkan sedikit kendala dalam proses belajar-pembelajaran.

Menentukan Strategi Belajar dan Pembelajaran

Penentuan strategi pembelajaran, jika kita sepakat dengan asumsi bahwa potensi, kebutuhan, dan minat belajar setiap individu berbeda, maka strategi yang tepat adalah mengutamakan pada belajar mandiri, meskipun model tutorial yang juga dibutuhkan. Tutorial dibutuhkan hanya untuk memberikan kerangka dasar pemikiran dan pengetahuan dasar yang dibutuhkan siswa. Selanjutnya, penggunaan metode inkuri dan discoveri, serta pemecahan masalah lebih diutamakan. Hal ini dapat untuk menumbuhkan sikap ulet, tekun, terbiasa mencari solusi, berani mengambil risiko, mengetahui dunia nayta yang serba tidak menentu, terbiasa menghadapi perubahan dan menemukan peluang dari perubahan tersebut, dan sebagainya, yang kesemuanya dibutuhkan bagi seorang wirausahawan. Dengan demikian model pembelajaran yang ditawarkan dalam makalah ini, bahwa siswa lebih banyak dihadapkan pada permasalahan baik teoritis maupun faktual agar mereka mencari solusi yang paling meskipun risiko cukup besar. Risiko yang besar sering memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Kiat-kiat hidup semacam ini yang harus ditanamkan kepada sasaran didik untuk menumbuhkan sikap positif terhadap wirausahawan. Model ini jika dibuat gambar tampak seperti gambar 3 di bawah.
Pada gambar 3 di bawah, menunjukan bagaimana interkasi belajar dan pembelaran berlangsung.
Keterangan: Guru dan siswa harus ada kesepakatan terlebih dahulu mengenai keinginan, minat, motivasi, sekolah siswa dan bakat yang ada pada diri siswa. Berdasarkan kesepakatan ini, selanjutnya guru merumuskan pengalaman belajar apa yang seharusnya ada pada diri siswa, material yang harus dipelajari, strtegi pembelajaran yang menumbuhkan gairah belajar siswa.

Dapat terlihat, bahwa harus mampu mencari meteri belajar yang berupa masalah, baik teoritis maupun faktual, untuk dipecahkan oleh siswa. Tugas guru lebih banyak sebagai fasilitator (mentor), mengawasi, dan mengarahkan belajar siswa. Pembahasan permasalahan harus diarahkan kepada pengambilan keputusan yang berupa solusi masalah, kesimpulan dan langkah yang harus diambil. Dengan cara demikian pengalaman belajar siswa lebih banyak manfaat bagi pemenuhan minat, dan kebutuhan belajar mereka. Suatu hal yang perlu diketahui, bahwa semua permasalahan yang dihadapkan kepada siswa harus dapat menumbuhkan ciri-ciri wirausahawan dalam diri dan operilaku kognisi mereka. Harapan yang ingin dicapai adalah: pengetahuan siswa mendalam, pengetahuan siswa ada manfaatnya bagi hidup, menumbuhkan keyakinan dan percaya diri, mampu melihat permsalahan kini dan masa depan, mampu melihat peluang-peluang yang dapat mereka manfaatkan, mampu menciptakan hal-hal yang baru. Tujuan akhir dari harapan ini adalah membentuk sikap positif terhadap entrepeneur.
Dalam proses belajar dan pembelajaran, Harus banyak menekankan pada proses belajar mandiri. Tujuan belajar mandiri, setidak-tidaknya berfungsi untuk: menumbuhkan kreativitas berfikir, menumbuhkan kepercayaan diri, memberi keterampilan memecahkan permasalahan dan mengambil keputusan, membiasakan menemukan peluang pada masa depan, meskipun penuh ketidak pastian, menumbuhkan jiwa inovatif, menumbuhkan sikap berani menanggung risiko. Keseluruhan watak pribadi ini harus ada dalam diri siswa. Watak-watak tersebut yang dibutuhkan untuk menumbuhkan seorang wirausahawan (perhatikan ciri wirausahawan yang diungkap di atas).

Keterangan : Interaksi dalam proses belajar dan pembelajaran terjadi secara timbal balik. Interkasi ini diarahkan untuk memecahkan permasalahan baik teoritis maupun prkatis, yang kemudian diambil kesimpulan serta penentuan langkah yang perlu diambil. Proses pemecahan masalah dapat pula dilakukan siswa secara individual.

Selanjutnya model belajar yang diharapkan dalam proses belajar dan pembelajaran di atas dapat diperiksa visualisasi gambar 5 di bawah. Pada gambar lima terlihat bahwa sumber permasalahan yang dihadapkan siswa berupa pengetahuan teoritis, pengamatan bisnis praktis, dan praktek berbisnis. Masalah yang didapat siswa atau yang diberikan guru, harus dipecahkan, dicarikan solusinya, dan dicari kemungkinan peluang yang dapat dimanfaatkan. Pemecahan masalah dapat dilakukan sendiri oleh siswa, diskusi dengan siswa lain, atau bersama-sama guru. Kesemua keputusan hasil diskusi selalu diarahkan kepada persoalan praktis bisnis, dan penumbuhan ciri-ciri serta tujuan pendidikan wirausahawan seperti yang disebutkan di atas. Dalam berbegai hasil penelitian, bahwa keputusan yang diambil siswa sebaiknya beragam untuk mendapatkan pengalaman belajar yang bervariasi dan padat, serta memperoleh keputusan yang paling tepat diantara alternatif yang mereka kemukan.